Mengapa Indonesia Malah Mengimpor Minyaknya Sendiri dari Singapura?

Cadangan minyak bumi jadi salah satu sumber energi alam yang dimiliki Indonesia.

Meski begitu, bukan rahasia kembali kalau Indonesia tetap mengimpor BBM, bahkan begitu bergantung terhadap impor berasal dari Singapura.

Setiap tahun, impor BBM Indonesia berasal dari Singapura amat kuras devisa negara. Impor BBM termasuk menjadikan Indonesia rutin mengalami defisit perdagangan bersama negara tetangga tersebut.

Padahal, Singapura sendiri nyaris tidak punya sumber energi alam sama sekali.

Mirisnya, sebagian BBM yang diimpor berasal dari Singapura, termasuk sejatinya berasal berasal dari hasil eksploitasi sumur-sumur minyak yang tersedia di Indonesia.

Banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau para perusahaan pengeboran minyak di Indonesia menjajakan minyaknya ke Singapura.

Bahkan, minyak mentah yang berasal berasal dari Indonesia di kilang Singapura jumlahnya cukup signifikan.

Sebagai contoh, terhadap Januari-September 2019, nilai ekspor minyak mentah Indonesia ke Singapura adalah 546,71 juta dollar AS.

Nilai berikut menggapai 43,49 persen berasal dari total ekspor minyak mentah Indonesia.

Bagaimana Indonesia yang menghasilkan minyak mentah tambah mengimpor BBM berasal dari Singapura, negara yang sumber bahan BBM-nya termasuk berasal dari Indonesia?

Rupanya hal itu berjalan sebab kilang di Indonesia tak bisa menampung semua mengolah minyak mentah di Tanah Air.

Sementara itu, meski luas Singapura tidak lebih luas dibandingkan DKI Jakarta, kudu diakui bahwa negara tetangga Indonesia ini sebetulnya jauh lebih maju di dalam kepemilikan kilang minyak.

Meski sama sekali tak punya ladang minyak, sepanjang puluhan tahun Singapura telah jadi keliru satu produsen BBM terbesar dunia sebab punya sebagian kilang minyak besar.Stok cadangan BBM yang dimilikinya termasuk terbilang amat besar.

Dengan letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi serta perizinan termasuk jadi alasan perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut.

Mengutip information yang dirilis lembaga informasi energi punya pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura menggapai 1,4 juta barel per hari.

Setidaknya, tersedia 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, ketiganya yakni Shell Pulau Bukom Refinery bersama kapasitas 500.000 barel/hari, ExxonMobil Jurong Island Refinery bersama kapasitas 605.000 barel/hari, dan SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel/hari.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura bisa mengolah minyak bumi yang diimpor berasal dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk lantas diolah jadi BBM siap ekspor.

Populasi penduduk Singapura termasuk tercatat hanya 5,7 juta jiwa, sehingga mengonsumsi BBM domestiknya relatif amat kecil.

Bisa diamati perbandingannya bersama Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta bersama mengonsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, dan kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina hanya sekitar 1,1 juta barel per hari.

Hal itu pula yang mengakibatkan impor minyak amat membebani neraca perdagangan Indonesia.

Sepanjang 2000 hingga 2021, Indonesia belum pernah samasekali mencatatkan surplus dengan sebutan lain tetap tekor selagi berdagang bersama Singapura.

Sebagai contoh total ekspor Indonesia berturut-turut ke Singapura yakni 2019 sebesar 12,916 miliar dollar AS, 2020 sebesar 10,661 miliar dollar AS, dan tahun 2021 sebesar 11,634 miliar dollar AS.

Sebaliknya, impor Indonesia berasal dari Singapura terhadap tahun 2019 adalah sebesar 17,589 miliar dollar AS, tahun 2020 sebesa2 12,341 miliar dollar AS, dan tahun 2021 adalah sebesar 15,415 miliar dollar AS.

Dengan demikian, defisit Indonesia di dalam 3 tahun terakhir berdagang bersama Singapura sebesar 4,673 miliar dollar AS (2019), 1,679 miliar dollar AS (2020), dan 3,817 miliar dollar AS (2021).

Nyaris tiap-tiap tahun, Singapura jadi negara yang paling banyak mengekspor BBM ke Indonesia mengalahkan Arab Saudi yang berstatus produsen minyak terbesar global.

Singapura pun tercatat sebagai negara pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia, bersama sebagian besar ekpsor minyak berikut dikirim ke Indonesia, Malaysia, dan China.

Nilai berikut menggapai 43,49 persen berasal dari total ekspor minyak mentah Indonesia.

Bagaimana Indonesia yang menghasilkan minyak mentah tambah mengimpor BBM berasal dari Singapura, negara yang sumber bahan BBM-nya termasuk berasal dari Indonesia?

Rupanya hal itu berjalan sebab kilang di Indonesia tak bisa menampung semua mengolah minyak mentah di Tanah Air.

Sementara itu, meski luas Singapura tidak lebih luas dibandingkan DKI Jakarta, kudu diakui bahwa negara tetangga Indonesia ini sebetulnya jauh lebih maju di dalam kepemilikan kilang minyak.

Meski sama sekali tak punya ladang minyak, sepanjang puluhan tahun Singapura telah jadi keliru satu produsen BBM terbesar dunia sebab punya sebagian kilang minyak besar.

Stok cadangan BBM yang dimilikinya termasuk terbilang amat besar.

Dengan letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi serta perizinan termasuk jadi alasan perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut.

Mengutip information yang dirilis lembaga informasi energi punya pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura menggapai 1,4 juta barel per hari.

Setidaknya, tersedia 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, ketiganya yakni Shell Pulau Bukom Refinery bersama kapasitas 500.000 barel/hari, ExxonMobil Jurong Island Refinery bersama kapasitas 605.000 barel/hari, dan SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel/hari.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura bisa mengolah minyak bumi yang diimpor berasal dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk lantas diolah jadi BBM siap ekspor.

Populasi penduduk Singapura termasuk tercatat hanya 5,7 juta jiwa, sehingga mengonsumsi BBM domestiknya relatif amat kecil.

Bisa diamati perbandingannya bersama Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta bersama mengonsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, dan kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina hanya sekitar 1,1 juta barel per hari.

Hal itu pula yang mengakibatkan impor minyak amat membebani neraca perdagangan Indonesia.

Sepanjang 2000 hingga 2021, Indonesia belum pernah samasekali mencatatkan surplus dengan sebutan lain tetap tekor selagi berdagang bersama Singapura.

Sebagai contoh, dikutip berasal dari laman Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor Indonesia berturut-turut ke Singapura yakni 2019 sebesar 12,916 miliar dollar AS, 2020 sebesar 10,661 miliar dollar AS, dan tahun 2021 sebesar 11,634 miliar dollar AS.

Sebaliknya, impor Indonesia berasal dari Singapura terhadap tahun 2019 adalah sebesar 17,589 miliar dollar AS, tahun 2020 sebesa2 12,341 miliar dollar AS, dan tahun 2021 adalah sebesar 15,415 miliar dollar AS.

Dengan demikian, defisit Indonesia di dalam 3 tahun terakhir berdagang bersama Singapura sebesar 4,673 miliar dollar AS (2019), 1,679 miliar dollar AS (2020), dan 3,817 miliar dollar AS (2021).

Nyaris tiap-tiap tahun, Singapura jadi negara yang paling banyak mengekspor BBM ke Indonesia mengalahkan Arab Saudi yang berstatus produsen minyak terbesar global.

Singapura pun tercatat sebagai negara pengekspor minyak dengan menggunakan Flow Meter Solar terbesar ketiga di dunia, bersama sebagian besar ekpsor minyak berikut dikirim ke Indonesia, Malaysia, dan China.